Wednesday, November 27, 2013

PROTEKSI KESEHATAN DIRI ANDA



Belakangan ini penyakit sepertinya bertambah banyak, makin menyeramkan dan bisa menyerang di usia muda. Semakin banyak orang yang mengalami pecah pembuluh darah di otak, kena serangan jantung, bahkan kanker pada usia yang cukup dini. Jika seorang pemberi nafkah utama terkena penyakit tersebut, dia tidak bisa bekerja lagi sehingga tidak dapat memberikan penghasilan untuk menghidupi keluarganya.

Pada kondisi seperti ini, perlindungan dari asuransi penyakit kritis sangat diperlukan untuk mengganti penghasilan yang hilang ketika terkena penyakit kritis tersebut. Untuk mengatasi permasalahan ini, sekarang sudah banyak  tawaran asuransi penyakit kritis di luar sana.

Tapi sebelum memilih, ada lima hal yang perlu Anda perhatikan sebelum membeli asuransi penyakit kritis antara lain :

1. Penyakit yang ditanggung 
Sesuai judulnya, biasanya asuransi penyakit kritis hanya menanggung penyakit tertentu dengan tingkat kekritisan tertentu pula. Berdiskusilah sedetail mungkin dengan pihak yang menawarkan asuransi penyakit kritis. Tanyakan penyakit kanker jenis apa saja dan mulai pada stadium berapa yang ditanggung dan yang tidak ditanggung.Ada baiknya Anda mengetahui nama penyakitnya. Ada produk asuransi penyakit kritis yang hanya menanggung kanker stadium lanjut yaitu mulai stadium 3 ke atas, dan ada juga asuransi penyakit kritis yang sudah menanggung saat Anda baru terdiagnosis  kanker stadium 1.

2. Kondisi kesehatan tertanggung
Jika Anda memiliki keluarga dengan sejarah penyakit kritis, pastikan kondisi seperti ini bisa diterima oleh perusahaan asuransi tersebut. Bila Anda sudah terdiagnosis tumor sebelum mendaftar asuransi, Anda  juga harus mencari produk asuransi penyakit kritis yang mau menerimanya.

3. Pertanggungan dan cara klaim
Pastikan kita mengetahui secara detail pertanggungan yang bisa diperoleh.  Apakah dalam jumlah menyeluruh atau bertahap? Syarat syarat apa yang harus dipenuhi agar kita bisa mendapatkan pertanggungannya? Misal harus ada kuitansi dan rincian yang asli rumah sakit, dan sebagainya.

4. Jumlah uang pertanggungan 
Besarnya jumlah uang pertanggungan yang diperlukan bergantung kepada jumlah hilangnya penghasilan sang penderita penyakit kritis selama  periode yang diasumsikan.

Misalnya, keluarga Bapak A memiliki penghasilan Rp10 juta dan didiagnosis kanker stadium 3. Bapak A diperkirakan tidak dapat bekerja selama satu tahun karena fokus dengan pengobatannya. Maka besar uang pertanggungan yang diberikan asuransi minimal sekitar Rp132 juta, yang merupakan future value (nilai masa depan) dari  Rp10 juta x 12 bulan = Rp120 juta. Kemudian Rp120 juta ini dikalikan inflasi sebesar 10%.

Uang pertanggungan dari asuransi penyakit kritis selain dapat menggantikan pendapatan bulanan untuk menghidupi keluarga juga diharapkan dapat meringankan biaya pengobatan. Pada masa satu tahun tersebut diharapkan juga terdapat penyesuaian mengenai gaya hidup misalnya untuk biaya transportasi dan biaya pengeluaran pribadi.

5. Bandingkan biaya dan keuntungan
Jangan lelah menghubungi beberapa perusahaan asuransi dan membuat perbandingan. Sebagai pelanggan, Anda harus mendapatkan produk yang sesuai dengan kebutuhan. Jangan memilih sesuatu hanya karena murah. Biaya yang harus dibayar juga harus diperhatikan, jangan sampai hanya karena ingin perlindungan yang sangat ideal, kantong Anda malah jadi bolong karena sebenarnya Anda tidak mampu membayar preminya.

Jadi perlu-tidaknya asuransi penyakit kritis tergantung dari kebutuhan, kemampuan, dan kesediaan produk yang sesuai. Bandingkan beberapa perusahaan dan tanyakan secara detail produk yang ditawarkan. Ingatlah bahwa produk asuransi itu harus sesuai dengan kebutuhan yang tertanggung!

Titis Syahluddin, CFP
Independent Financial Planner
PT. Quantum Magna
www.qmfinancial.com

Saturday, November 23, 2013

Kesalahan Mengelola Duit Pensiunan




Liputan6.com, Jakarta : Kadang pegawai yang sudah pensiun menunjukkan ketidaktahuan dalam mengatur keuangannya. Bahkan banyak pensiunan yang tidak menyadari kesalahan sepele sehingga dapat membuat rencana pensiun yang damai menjadi gagal.
Untuk hidup sesuai dengan gaya hidup tanpa dukungan gaji, pensiunan harus pintar mengelola keuangannya. Mereka juga perlu memahami kalau sudah tidak muda lagi. Setiap kesalahan yang dilakukan mengenai investasinya dapat mengundang beberapa masalah serius.
Selain itu, banyak pensiunan tidak memiliki petunjuk tentang berbagai aturan dan berbagai kebijakan yang terkait dengan rekening pensiun mereka.
Hasil akhirnya, mereka menghadapi kesulitan serius dalam mendapatkan uang mereka kembali, dan sering kehilangan bagian terbesar dari pendapatan mereka. Mengutip dari Buzzle.com, Minggu (20/10/2013).
Oleh karena itu, untuk memastikan kalau masa pensiun tidak perlu mengkhawatirkan uang, para pensiunan harus sangat berhati-hati. Berikut beberapa kesalahan yang harus dihindari:
1. Mengacuhkan tentang investasi
Agar masa pensiunan berjalan baik, kebanyakan pensiunan sering berinvestasi di pasar saham. Mereka melakukannya melalui reksa dana atau dana pensiun dari perusahaan. Itu pasti keputusan bijak untuk menyisihkan penghasilan berinvestasi di saham selama bekerja. Akan tetapi berjalannya waktu, hal ini juga penting untuk menilai kembali yang telah diinvestasikan. Adapun menunda penilaian kembali ini dapat berakibat `mahal`, terutama di pasar saham yang volatile.
2. Meminjamkan uang untuk keluarga
Tak salah mendukung keuangan anak, jika tidak mengancam keamanan keuangan Anda. Banyak pensiunan sering membeli rumah pertama anak mereka, bahkan ketika sudah tak bisa menangani pensiunan mereka sendiri. Bahkan beberapa membiayai sekolah cucunya. Kadang para pensiunan juga mengambil pinjaman yang mereka tak bisa membayar. Anda sebaiknya dapat menjaga batas pinjaman yang dapat diberikan kepada anak.
3. Terlalu percaya nasihat keuangan dari teman dan keluarga
Ketika mengelola asuransi, saham, real estate, dan produk keuangan lainnya, kebanyakan pensiunan tidak ingin membuang uang dengan menyewa penasihat keuangan. Mereka mengandalkan nasihat dari teman dan keluarga. Sikap tersebut dapat berisiko bahkan rentan terhadap skema ponzi. Oleh karena itu, pensiunan diharapkan dapat menggunakan jasa penasihat keuangan untuk meminta saran mengelola keuangan.
4. Meremehkan faktor usia
Dengan semua kemajuan di dunia kedokteran membuat harapan hidup naik hari demi hari. Saat ini, usia tua adalah periode terpanjang dalam hidup seseorang. Bagian terburuk adalah kebanyakan orang tua tak memiliki tabungan cukup untuk membantu mereka melewati masa pensiun. Idealnya orang harus mulai merencanakan keuangan mereka sejak awal karirnya dan harus berinvestasi dalam rencana yang telah dirancang untuk memberikan keuntungan jangka panjang.
5. Mengambil manfaat jaminan sosial terlalu cepat

Manfaat jaminan sosial adalah keputusan penting yang tidak boleh diambil tergesa-gesa. Menurut statistik, kebanyakan orang Amerika Serikat mulai mengajukan klaim manfaat ini segera setelah mereka pensiun. Mereka tak menyadari bahwa menunda klaim tentang jaminan sosial benar-benar dapat meningkatkan persentase keuntungan bulanan mereka. Jika menunda mengklaim hingga usia 70 tahun, para pensiun dapat tambahan 8% setiap bulan untuk setiap tahun tertunda.
(Ahm/*

Thursday, November 7, 2013

Cara, agar Gaji Para Single Tak Habis sia-sia

Hani Pujiastuti, 38 tahun, eksekutif muda di sebuah perusahaan media, selalu menekankan disiplin dalam dirinya soal keuangan. Saat masih merintis kariernya, Hani yang hingga kini menjadi tulang punggung keluarga sudah berpikir panjang untuk menyisihkan sebagian gajinya untuk diinvestasikan. Maka, ia menyerahkan sebagian kecil gaji kepada ibunya. Oleh ibunya, gaji Hani dibelikan emas sedikit demi sedikit.

“Saya sendiri tidak sadar, ternyata emas yang dikumpulkan ibu saya sedikit demi sedikit ini menjadi penolong keuangan saya kelak, terutama di saat saya sedang membutuhkan uang,” kata Hani saat diwawancarai di kantornya, di Jakarta.

Selain menyisihkan gaji, Hani punya prinsip pengolaan keuangan yang agak berbeda daripada orang lain. Di mana beberapa orang lebih mengutamakan pembayaran utang, terutama kartu kredit, Hani malah memilih memprioritaskan pembayaran kartu kredit di akhir perhitungan, setelah semua kebutuhan dan rekening koran terpenuhi.

“Karena bila dibayar di awal dan diutamakan pelunasannya, kartu kredit malah membuat saya tidak disiplin,” kata Hani. “Sebab yang sudah dibayarkan itu membuat limit kartu kredit saya cepat kembali, dan mendorong saya untuk semakin konsumtif dan kembali menggunakannya,” Hani menambahkan.

Para pekerja lajang yang uang gajinya seolah menguap setiap bulan tanpa terasa biasa kita dengar. Tak jelas uang tersebut tersedot untuk makan-makan di luar, jalan-jalan, atau sekadar kongko dengan teman-teman sehingga urusan masa depan di abaikan, misalnya persiapan pensiun atau tabungan hari tua, kerap terabaikan.

Menurut konsultan perencana keuangan, Aidil Akbar Madjid, hal terpenting dalam mengalokasikan gaji atau penghasilan bagi para lajang adalah penentuan tujuan keuangan. Dalam tujuan keuangan, para lajang dituntut untuk pandai memprioritaskan dan mendayagunakan penghasilan berdasarkan urutan tertentu.

Aidil menjelaskan pada urutan pertama yang menjadi prioritas alokasi keuangan adalah pelunasan utang. Bahkan, untuk berutang pun, Aidil memberi batasan yang tegas. “Jumlahnya tidak boleh lebih besar dari 30 persen gaji,” katanya, saat dihubungi Jumat pekan lalu.

Besaran utang tidak boleh lebih 30 persen dari gaji, ini berlaku bagi para lajang dengan besaran gaji berapa pun. Sebab, kata Aidil, lajang biasanya tanpa sadar suka menghabiskan sebagian besar gaji mereka untuk kebutuhan yang bersifat tambahan. Dan ini menjadikan pengeluaran lebih besar daripada penghasilan. Hal itu terjadi tanpa disadari.

Kebutuhan inilah yang kemudian banyak menjadi utang dan sangat berpengaruh bagi neraca keuangan.

Maka dari sekarang gunakan pengelolaan keuangan dengan baik, yaitu dengan cara menyisihkan untuk di Investasikan di tempat yang aman, pasti berkembangnya, dan memberikan tambahan perlindungan secara ekonomi dan lahir batin. 

Yaitu dengan menginvestasikan sebagian uang gajinya di PRUDENTIAL untuk berinvestasi sekaligus berasuransi untuk memproteksi diri dari kemungkinan kita sakit dan kecelakaan jiwa/raga. Jadi semua kejadian tersebut tidak menimbulkan beban 100% bagi diri sendiri karena akan di tanggung oleh Asuransi.

Di kutip dari TEMPO.COJakarta